بسم الله الرحمن الرحيم
والحمد لله والصلاة والسلام على نبينا محمد وعلى أله وأصحابه أجمعين.
أما بعد :
Ini adalah segelumit tulisan tentang bagaimana mengartikan tahni’ah (ucapan selamat pada hari ied) sesuai dengan tujuan syariat agama kita yang mulia,dan sebagai jawaban dari kesimpang siuran-nya masalah pembid’ah-an bersalaman dan meminta maaf di hari ied.semoga bermanfaat.dan semoga ini tidak menjadi penentu termasuk atau tidaknya seseorang menjadi ahlussunnah wal jama’ah bila seandainya terjadi ketidaksamaan persepsi setelahnya.
عن خالد بن معدان قال : لقيت واثلة بن الأسقع فى يوم عيد فقلت : تقبل الله منا ومنك فقال : نعم تقبل الله منا ومنك قال واثلة : لقيت رسول الله -صلى الله عليه وسلم- يوم عيد فقلت : تقبل الله منا ومنك فقال :« نعم تقبل الله منا ومنك (رواه البيهقي)
Diriwayatkan dari khalid bin ma’daan beliau berkata: aku bertemu dengan Watsilah bin al-asqo’ pada hari ied,dan aku berucap padanya: “semoga Allah menerima ibadahku dan menerima ibadahmu”dia (watsilah) berkata: iya,semoga Allah menerima ibadahku dan ibadahmu,watislah berkata: aku bertemu dengan Rasulullah –Shallallahu alaihi wasallam-pada hari ied dan aku ucapkan kepada beliau: “Taqabbalallahu minnaa wa minka” beliau menjawab: iya.Taqabbalallahu minnaa wa minka.(HR:Baihaqi).
Hadits ini dan yang lainnya yang diriwayatkan oleh Imam Al-baihaqi tidak ada yang Shahih,dari itu Al-hafidz Ibnu hajar setelah menyebutkan hadits di atas dan yang lainnya yang diriwayatkan oleh imam Al-baihaqy beliau berkata:
وكأنه أراد أنه لم يصح فيه شيء : dan sepertinya Al-baihaqi menghendaki bahwasanya (hadits-hadits yang beliau riwayatkan dalam masalah ini) tidak ada satupun yang shahih.(fathulbari).
Akan tetapi ada riwayat lain yang menegaskan bahwa ucapan selamat Taqabbalallahu minnaa wa minka memiliki dasar yang akurat,sebagaimana riwayat ini disebutkan oleh beliau (Ibnu hajar) dan menghukuminya dengan Sanad yang Hasan,yaitu:
عن جبير بن نفير قال كان أصحاب رسول الله صلى الله عليه و سلم إذا التقوا يوم العيد يقول بعضهم لبعض تقبل الله منا ومنك
Dari Jubair bin nufair beliau berkata: para sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam apabila mereka berjumpa pada hari ied,mereka berkata antara satu dengan yang lainnya “Taqabbalallahu minnaa wa minka”.
Berkaitan dengan masalah ini (hukum tahni’ah pada hari ied) telah terjadi perbedaan pendapat dari para ulama Rahimahullah al-jami’,yang secara garis besar pendapat-pendapat tersebut menjurus kepada Bolehnya melakukan hal tersebut,dan disayangkan penulis tidak bisa menyampaikannya disini,karena terbatasnya ilmu dan waktu.
Tahni’ah di hari ied adalah Ijma’ sahabat.
Namun cukuplah hadits di atas sebagai cahaya untuk kita jadikan pegangan dalam hal ini,terlebih ucapan sahabat ini tidak terdapat hal yang menyelisihinya dari sebagian sahabat yang lain,yang artinya adalah: ucapan tersebut merupakan Ijma’ (kesepakatan) sahabat.sebagaimana hal ini disebutkan dalam Ushul fikih:
قول الصحابي إذا اشتهر ولم يخالفه أحد من الصحابة صار إجماعًا وحجة
Perkataan seorang sahabat apabila telah masyhur dan tidak seorang pun dari sahabat yang lain meng-ingkarinya,maka hal itu adalah Ijma’ (kesepakatan) dan merupakan Hujjah (dalil).
(ma’aalim ushulfikih ‘inda ahlissunnah waljam’ah).
Berkata Ibnu taimiyyah:
وأما أقوال الصحابة فإن انتشرت ولم تنكر في زمانهم فهي حجة عند جماهير العلماء
Dan adapun perkataan-perkataan sahabat jika telah menyebar dan tidak diingkari dimasa mereka,maka itu merupakan Hujjah disisi jumhur (segenap) ulama’.(majmu’ fatawa)
Metode dan sistem tahni’ah dikembalikan ke ‘Uruf masyarakat setempat.
Setelah diketahui landasan kebolehannya mengucapkan selamat (tahni’ah) di hari ‘ied,maka bentuk pengamalannya tentu akan berbeda-beda sesuai dengan budaya yang berlaku disuatu tempat.demikian itu karena tahni’ah tergolong ke dalam perkara yang tidak terdapat batasannya didalam bahasa dan syara’ sehingga mesti dikembalikan ke ‘uruf .sebagimana disebutkan oleh ulama fikih:
كل اسم ليس له حد في اللغة ولا في الشرع فالمرجع فيه الى العرف (الموافقات للشاطبي)
Setiap nama (istilah) yang tidak memiliki ketentuan (batasan) dari segi bahasa ataupun dari sudut syar’i maka (ketentuan) tempat kembalinya adalah ‘Uruf.
Dari sisi ini dapat kita simpulkan bahwa,ucapan “selamat hari raya idulfitri mohon maaf lahir dan batin” atau” minal aidin wal faizin mohon maaf lahir batin” termasuk bersalam-salaman adalah bentuk dari rangkaian tahni’ah yang telah dicontohkan oleh para sahabat,meskipun terdapat perbedaan dalam cara dan bentuk kata yang diucapkan, namun makna yang diinginkan tercapai.
Subhanallah wal hamdulillah,betapa indahnya islam ini.
Keluasan cara yang diberikan syariat kepada ummatnya dalam rangka mengisi hari raya.
Dalam sebuah hadits riwayat imam Bukhari disebutkan.
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ دَخَلَ أَبُو بَكْرٍ وَعِنْدِي جَارِيَتَانِ مِنْ جَوَارِي الْأَنْصَارِ تُغَنِّيَانِ بِمَا تَقَاوَلَتْ الْأَنْصَارُ يَوْمَ بُعَاثَ قَالَتْ وَلَيْسَتَا بِمُغَنِّيَتَيْنِ فَقَالَ أَبُو بَكْرٍ أَمَزَامِيرُ الشَّيْطَانِ فِي بَيْتِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَذَلِكَ فِي يَوْمِ عِيدٍ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَا أَبَا بَكْرٍ إِنَّ لِكُلِّ قَوْمٍ عِيدًا وَهَذَا عِيدُنَا
Dari ‘aisyah radhiyallahu ‘anha beliau berkata: Abu bakrin datang berkunjung dan ketika itu di sisiku ada dua orang budak wanita milik anshar yang menyanyikan perkataan-perkataan Anshar pada hari Bu’ats(nama peristiwa perang).aisyah berkata: dan kedua budak wanita itu bukanlah penyanyi,maka abu bakrin berkata: bagaimana mungkin mizmar (alat yang digunakan menyanyi) setan ada di rumah Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam,(kemudian nabi bersabda) ya aba bakrin sesungguhnya setiap kaum memiliki ied (hari raya) dan hari ini adalah ied kita.(HR:Bukhari).
Hadits ini terdapat banyak versi konteks periwayatannya,dan yang di atas merupakan salah satu konteks yang agak singkat,
Banyak ilmu dan etika islam yang terkandung di hadits ini,di antaranya adalah seperti yang disampaikan oleh Alhafidz ibnu hajar:
وفي هذا الحديث من الفوائد مشروعية التوسعة على العيال في أيام الاعياد بأنواع ما يحصل لهم بسط النفس وترويح البدن من كلف العبادة وأن الإعراض عن ذلك أولى وفيه أن إظهار السرور في الاعياد من شعار الدين
Dan dalam hadits ini terdapat beberapa faedah (diantaranya adalah) dianjurkannya melapangkan (berbuat baik) atas keluarga pada hari-hari ied dengan memberikan berbagai macam kebaikan yang dapat menjadikan mereka gembira dan santai (sebab) beratnya ibadah,dan sesungguhnya menghindari hal itu lebih utama.dan dalam hadits ini juga bahwasanya memperlihatkan kegembiraan pada hari ied adalah merupakan syiar agama.(fathulbari).
Memperlihatkan kegembiraan dan memberikan kenyamanan untuk keluarga pada hari ied juga termasuk dari hal yang pelaksaannya dikembalikan kepada uruf,sebab selera manusia berbeda sesuai dengan kultur budaya dan tabiat mereka dengan catatan bahwa di situ tidak terdapat larangan agama.
Dan jika meminta maaf kepada ayah bunda dan kerabat serta sahabat bukanlah termasuk memperlihatkan kegembiraan dan memberikan kenyamanan dan kedamaian (yang nabi diutus dengan kedamaian),maka aku tidak tahu hal apa yang pantas dianggap memperlihatkan kegembiraan dan memberikan kenyamanan pada hari ied di indonesia !!
Dalam riwayat hadits yang lain disebutkan,bahwa aisyah menonton kaum habasyah atau sudan yang memainkan darq (senjata) dan bermain perang dan beliau Aisyah radhiyallahu ‘anha mendengar Nabi bersabda:
إن عائشة قالت قال رسول الله صلى الله عليه وسلم يومئذ لتعلم يهود أن في ديننا فسحة إني أرسلت بحنيفية سمحة (رواه أحمد)
Sesungguhnya Aisyah berkata,pada suatu hari (hari ied) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: agar orang yahudi tahu bahwa sesungguhnya dalam agama kita terdapat kelonggaran,sesungguhnya aku diutus dengan agama yang jauh dari kesyirikan lagi damai.(HR:Ahmad).
Jika pada hari ied diringankan oleh syara’ untuk sekedar melihat permainan yang dibolehkan,lalu bagaimana dengan meminta maaf dan berjabat tangan dengan tujuan menciptakan kegembiraan dan kedamaian ?
Maka hendaknya kita jauhkan sangkaan bahwa hal itu (bersalaman dan meminta maaf di hari ied adalah dosa (bid’ah) karena semua itu hanyalah bentuk budaya masyarakat indonesia dalam mengaplikasikan tahni’ah di hari raya,jika tidak,maka sungguh kit telah mempersempit apa yang dibiarkan universalkan oleh agama.
هذا وصلى الله على نبينا محمد وعلى أله وأصحابه أجمعين.